Akademisi Aceh Bentuk Forum Aceh Menulis

By Admin

nusakini.com-- Para Akademisi dan mahasiswa di Kabupaten Aceh Barat membentuk Forum Aceh Menulis (FAMe) Meulaboh. Rilis pembentukan FAMe Meulaboh ini dilakukan oleh Staf Ahli Bupati Aceh Barat T Erwansyah yang juga menjadi Pembina bersama Inisiator FAMe Aceh Yarmen Dinamika di Aula Kampus STAIN Meulaboh. 

Koordinator FAMe Meulaboh, Muhsinuddin S.Ag, M.M menjelaskan bahwa pembentukan FAMe ini dalam rangka ikut membudayakan literasi para dosen dan mahasiswa di Barat Selatan Aceh. Hal ini sejalan dengan tema rilis, yaitu: Menumbuhkembangkan Budaya Literasi untuk membangun masa depan Generasi Muda yang lebih Hebat”.  

Menurut Muhsinuddin, FAMe sudah terbentuk di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Bersamaan dengan rilis ini, digelar dialog tentang membangun budaya literasi. Tampil sebagai narasumber: Wartawan Serambi Indonesia yang juga Pembina FAMe Aceh, Staf Ahli Bupati Aceh Barat T Erwansyah, Ketua STAIN Meulaboh Syamsuar, dan dosen UIN Ar-raniry Aceh Murni.  

“Launching ini diikuti Dosen, mahasiswa, dan para pencinta literasi di Aceh Barat,” jelas Muhsinuddin. 

“FAMe akan menjadi ruang pertemuan berkala para dosen dan mahasiswa di Aceh Barat dalam rangka penguatan literasi membaca. Dari situ, diharapkan akan memperkuat kompetensi menulis mereka, baik buku, jurnal internasional, maupun opini popular. Silabi untuk satu tahun sudah disusun,” sambungnya. 

Staf Ahli Bupati Aceh Barat menegaskan bahwa Pemerintah mendukung berdirinya FAMe Meulaboh. Menurutnya, keberadaan FAMe bisa menjadi sarana pembangunan sumber daya manusia di bidang membaca dan menulis. “Pemerintah Aceh Barat akan terus berupaya mendorong dan memberikan apresiasi Forum Aceh menulis ini,” jelas Erwansyah mewakili Pemerintah Aceh Barat. 

Pembina FAMe Aceh Yarmen Dinamika mengatakan, tujuan forum ini adalah meningkatkan kompetensi generasi muda dalam menulis, baik buku, jurnal , opini, serta sastra.  

Sementara itu, Ketua STAIN Meulaboh Syamsuar menjelaskan bahwa Aceh lekat dengan tradisi sastra. Banyak tokoh dan ulama masa lalu yang memiliki karya. Hal ini perlu terus dikembangkan kepada generasi muda Aceh. (p/ab)